Latar belakang: Tuduhan “tak akui istri” di sosial media
-
Istri sah Insan, Wardatina Mawa, menyatakan bahwa selama bertahun‑tahun menjalani rumah tangga mereka, sang suami tidak pernah “mengakui” dia di media sosial — dalam arti: tidak pernah posting foto bersama atau menunjukkan keberadaan istri & anak mereka secara terbuka. FAJAR+2Jawa Pos+2
-
Wardatina mengaku sempat meminta Insan agar memposting foto mereka, bahkan bersedia jika foto ditutup sebagian (misalnya stiker), agar orang tahu bahwa dia sudah menikah dan punya anak. Namun selalu ditolak oleh Insan, dengan berbagai alasan. Jawa Pos+2FAJAR+2
-
Karena postingan media sosial Insan hanya berisi foto diri sendiri, banyak yang mengira dirinya lajang — sebuah “branding” yang menurut Wardatina adalah bagian dari penyembunyian status pernikahan mereka. suara.com+2Jawa Pos+2
Pengakuan Insanul Fahmi: Ini alasannya
Dalam sebuah penampilan di konten YouTube bersama dr Richard Lee, Insan angkat bicara soal kenapa ia berhenti (atau sangat jarang) posting foto istri & anaknya. Berikut poin‑poin utama dari pengakuannya: suara.com+1
-
Pernah posting, tapi dibatasi
-
Insan mengaku dulu memang sempat memposting foto bersama Wardatina Mawa dan anak mereka. Tapi belakangan, dia memutuskan untuk “diminimalisir” — posting sekarang hampir tidak ada. suara.com+1
-
Alasannya: meskipun di media sosial mereka terlihat seperti pasangan bahagia, kenyataannya rumah tangga mereka sedang banyak masalah — sering cekcok internal ketika mereka “ngonten” bareng. suara.com+1
-
-
Ingin memperbaiki kondisi rumah tangga dulu — daripada “pamer bahagia” di medsos
-
Insan mengatakan bahwa fokus utama sekarang bukan kepuasan di media sosial, melainkan “memperbaiki internal rumah tangga” terlebih dahulu. Baginya, memberi kesan bahagia di luar (media sosial) tidak ada artinya jika di dalam rumah justru berantakan. suara.com+1
-
Karena posting foto bersama istrinya sempat memicu pertengkaran, bahkan atas keinginan Wardatina agar “diakui”, Insan memilih untuk tidak lagi mempublikasikan kemesraan mereka — agar tidak memancing konflik. suara.com+1
-
-
Alasan keamanan — tidak ingin istri & anak ikut “terseret” masalah pribadinya
-
Selain persoalan rumah tangga, Insan juga mengatakan bahwa ada “masalah” yang mengancam dirinya — faktor yang membuat dia khawatir jika foto keluarga terus dipublikasikan, bisa menyeret sang istri dan anak ke dalam hal negatif. https://celebrity.okezone.com/+1
-
Karenanya, ia meminta sang istri untuk bersabar dulu: menyelesaikan masalah pribadinya dulu, baru kemudian mempertimbangkan untuk membuka “publikasi keluarga” lagi. https://celebrity.okezone.com/+1
-
-
Penegasan: bukan ingin disebut bujangan — tapi untuk melindungi istri & anak
-
Meski banyak pihak menafsirkan ketidak‑unggahan foto soal itu sebagai “sengaja tampil lajang”, Insan menegaskan bahwa itu bukan tujuannya. Ia menekankan keputusan ini diambil semata‑mata demi keselamatan dan privasi istrinya. suara.com+1
-
Konteks Publik & Kontroversi: Mengapa Ini Jadi Sorotan
-
Kasus ini makin ramai setelah muncul dugaan bahwa Insan menjalin hubungan dengan seorang publik figur berinisial IR (Inara Rusli). Tuduhan perselingkuhan ini memperparah kecurigaan publik bahwa Insan selama ini sengaja menyembunyikan status aslinya. suara.com+2detikcom+2
-
Pengacara Inara Rusli menyatakan bahwa Inara merasa tertipu karena percaya bahwa Insan “single” — sebagian besar berdasarkan tidak adanya jejak istri di media sosialnya. detikcom+1
-
Ketika akhirnya status pernikahan sah Insan terungkap, isu privacy & transparansi pun muncul: banyak pihak menilai bahwa menampilkan istri & anak di publik bisa jadi mekanisme “pengakuan” dan tanggung jawab moral — tetapi Insan punya argumentasi berbeda, berdasarkan kondisi internal rumah tangga dan pertimbangan keamanan.
Implikasi — Privasi, Ekspektasi Publik & Realitas Rumah Tangga
Kasus ini membuka debat terkait ekspektasi publik terhadap figur publik/pengusaha: apakah sewajibnya mereka “mengakui” pasangan di media sosial? Ataukah keputusan untuk menjaga privasi — karena alasan konflik internal, keamanan, atau ketidaknyamanan — juga bisa diterima?
-
Bagi seseorang yang “dikenal publik”, ketidakhadiran pasangan di media sosial bisa memunculkan asumsi: lajang, sembunyikan sesuatu, atau hubungan tidak sehat. Tapi sebagai manusia nyata, bisa saja mereka punya alasan valid untuk menjaga privasi.
-
Di sisi lain: jika seseorang sudah berstatus menikah, ada semacam “tanggung jawab moral” — terutama kepada pasangan dan anak — untuk menunjukkan eksistensi mereka. Karena itu, pilihan untuk merahasiakan bisa dianggap kontroversial.
-
Akhirnya: narasi di luar (sosial media) bisa sangat berbeda dari realitas di dalam rumah tangga. Keharmonisan publik (di feed) bukan jaminan harmonisasi rumah tangga. Kebalikannya pun bisa terjadi: konflik internal, tapi tetap “tampak baik” di luar.
Kesimpulan
Menurut pengakuan Insanul Fahmi: keputusannya untuk jarang atau tidak memposting foto istrinya di media sosial bukan karena ingin “tampil lajang” atau menutupi keberadaan istri, melainkan kombinasi dari dua hal: — ingin memperbaiki kondisi internal rumah tangga dulu, dan melindungi istrinya dari potensi masalah besar yang sedang dia hadapi.
