Pada Senin, 3 Maret 2025, rupiah dibuka menguat menjadi Rp16.540 per dolar AS, naik sebesar 56 poin atau 0,34% dibandingkan dengan posisi sebelumnya yang berada di Rp16.596 per dolar AS. Penguatan ini dipicu oleh aksi “buy on dip” atau pembelian saat harga turun, karena harga rupiah telah tertekan cukup dalam.
Meskipun ada ancaman kebijakan tarif dari Presiden AS, Donald Trump, terhadap beberapa negara seperti Meksiko, Kanada, dan China, pasar kembali masuk ke aset berisiko. Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, memprediksi rupiah bisa menguat lebih jauh menuju Rp16.500 dengan potensi resisten di kisaran Rp16.600.
Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia juga menguat, seperti dolar Singapura, yen Jepang, ringgit Malaysia, dan peso Filipina. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) juga dibuka menguat pada pagi itu, mengikuti penguatan bursa saham kawasan Asia.
Namun, sentimen dari kebijakan tarif AS masih memberikan tekanan, sehingga potensi tekanan terhadap aset berisiko tetap ada.